Pages

SELAMAT DATANG

semoga bermanfaat untuk kita semua

Senin, 04 Oktober 2010

Dunia dalam Global Warming

Alam semesta adalah suatu rangkaian yang saling berhubungan dan terikat. Manusia, hewan dan tumbuhan seharusnya dapat hidup saling melengkapi. Bumi yang kita tempati pun adalah suatu bagian dari kehidupan yang menunjang manusia. Tidaklah Tuhan menciptakan manusia selain menjadi khalifah atau penjaga bumi ini.

Namun, konsep manusia sebagai penjaga bumi nampaknya sekarang mulai berubah. Manusia sekarang mulai berubah serakah dan memanfaatkan bumi sesuka hatinya tanpa memikirkan dampaknya. Akhirnya, saat bencana datang bukan hanya manusia sendiri yang menerima akibatnya, hewan dan tumbuhan terkena juga dampaknya. Peristiwa gempa bumi, gelombang tinggi, banjir dan bencana lainnya sedang sering terjadi ini menunjukkan betapa bumi kita semakin tua dan semakin rapuh.

Sebuah bencana dunia yang tidak kalah besarnya adalah pemanasan global atau global warming. Mungkin sudah banyak yang mendengar istilah ini, Global warming adalah suatu proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,laut dan daratan bumi.

Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) menyimpulkan sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca.

Efek rumah kaca biasanya disebabkan peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern dan pembangkit tenaga listrik.

Tapi apa itu sebenarnya efek rumah kaca. Segala sumber energy yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energy tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika mencapai permukaan bumi cahaya ini berubah menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan sisanya. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca.

Uap air, karbon dioksida dan metana yang menjadi penangkap gelombang radiasi adalah elemen gas rumah kaca. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut tersimpan dipermukaan bumi. Keadaan ini terjadi terus-menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Global warming atau pemanasan global memberi dampak besar bagi manusia dan alam. Dampaknya dapat dirasakan dalam beberapa hal seperti perubahan cuaca dan lautan. Pemanasan global telah mengakibatkan mencairnya es-es di kutub yang mengakibatkan menaiknya level air di lautan. Level air laut yang naik berarti akan menyebabkan hilangnya beberapa daratan yang rendah atau badai yang semakin sering dan perubahan cuaca yang ekstrem, seperti semakin tidak jelasnya kapan musim hujan kapan musim kemarau.

Dampak global warming juga terasa pada pergeseran ekosistem. Hal ini mengakibatkan penyebaran penyakit yang semakin luas, salah satunya melalui air atau waterborne disease. Penyakit demam berdarah contohnya. Nyamuk aedes aegypty penyebab deman berdarah biasanya banyak ditemukan di perkotaan yang panas karena polusi namun diakibatkan global warming yang menjadikan pegunungan lebih hangat, nyamuk ini dapat hidup disana.

Dampak terakhir yang sangat terasa adalah pada degradasi lingkungan. Emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang merupakan salah satu penyumbang terbesar gas rumah kaca banyak menyebabkan asma, alergi dan penyakit-penyakit baru yang kronis.

Karena itu saat ini Negara-negara di dunia sudah mulai bergerak dalam pencegahan lebih lanjut terhadap bahaya global warming. Pertemuan-pertemuan mulai banyak dilakukan demi membahas langkah-langkah mencegah dampak lebih parah. Dalam KTT APEC di Sydney, Australia September 2007 malah lebih banyak membicarakan global warming daripada ekonomi yang menjadi misi berdirinya.

Salah satu bukti yang menunjukkan betapa dunia sudah tersadar tentang bahaya global warming adalah Protocol Kyoto. Sebuah amandemen terhadap konvensi rangka kerja PBB tentang perubahan iklim(UNFCCC) sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protocol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dan lima gas rumah kaca lain seperti metana, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC dan PFC.

Indonesia juga ikut mencari solusi yaitu dengan mengajak Brasil dalam mengembangkan bioethanol, yaitu bahan bakar ramah lingkungan yang dibuat dari bahan alami seperti jagung, gandum, pohon-pohon, sampai minyak goreng bekas. Caranya dengan proses peragian, penyaringan dan penyulingan dengan metode tertentu.

Global warming memang sudah tidak dapat dihindari tapi bukan berarti kita tidak dapat mengurangi dampaknya. Gaya hidup yang hemat energi serta penggantian bahan bakar yang ramah lingkungan adalah suatu gerakan yang dapat menyelematkan bumi kita.

Pemakaian energi yang bertanggung jawab serta memperbanyak lahan hijau adalah suatu cara mudah bagi kita untuk memperoleh bumi yang sehat.

Dikutip dari berbagai sumber.

.

.




Powered By Blogger